TOKOH IDOLA - MEMBANGUN ATAU MERUSAK ?




Sudah sebulan ini putri semata wayangku tergila-gila pada tokoh kartun Elsa dan Anna, tokoh utama di film Frozen.

Aku sendiri heran, kok bisa-bisanya dia begitu kepincut dengan tokoh-tokoh ini. Padahal, kalau VCD Frozen diputar, dia nonton sih nonton. Tapi kayaknya nggak ngerti deh, ceritanya apa. 

Saking sukanya dia dengan tokoh Elsa dan Anna, dia merengek minta dibelikan semua hal yang berbau Frozen. Mulai dari boneka, baju tidur, tas, gelas sampai kostum Elsa. WOW, ini mulai bikin pusing. Jatah belanja bulananku mulai terganggu.

Aku berusaha menjelaskan, bahwa tidak semua barang-barang itu bisa langsung dibeli sekaligus. Harus menabung dulu, karena uang yang ada sekarang, belum cukup. Aku jelaskan juga bahwa harga barang-barang itu mahal. Eh, dia malah dengan santai, bilang ke ayahnya (by phone) "Ayah aja yang beliin ya, kan uang ayah banyak!", WHATTTT????????????

Wah, gawat ini. Sudah menjurus pada shop alcoholic, dan pengidolaan yang membabi buta.

Aku tanya pada putriku, "Kenapa sih dede pingin punya baju Elsa?"

Dia jawab,"Biar dede cantik"

"Loh, dede kan memang udah cantik, nggak perlu pake baju Elsa lagi"

"Iya, tapi dede kan pingin pake baju yang kayak Elsa, yang panjang, biar tambah cantik"

"Memang dede lihat di mana baju Elsa", tanyaku penasaran. 

(Aku pikir dia menghayalkan tokoh Elsa di film, dan terinspirasi untuk memakai baju seperti Elsa. Kalau benar begitu, aku bisa bilang, "Itu kan cuma di film de, nggak ada yang jual baju seperti itu, he..he.. licik ya!)

"Itu loh, yang kayak Mikaila, yang panjanggggg, nggak pake kerudung, pakenya tiara"

GUBRAKKK!!! Jadi, anak umur 3 ta'on, udah ngerti tren fashion ? Lihat temennya pake, pingin ikutan juga pake. Apa anak perempuan begitu ya? Seingatku, anak-anakku yang laki-laki, nggak peduli temennya pake apa, tuh. Kalau milih baju, sepatu atau apapun, buat mereka yang penting nyaman, modelnya mereka suka. Cukup. Mereka nggak peduli, apakah pilihan mereka lagi ngetrend atau enggak. Apakah teman-temannya pada pake atau enggak.

Balik lagi ke masalah pengidolaan. Ternyata menurut psikolog anak, Ine Indriani, MPsi mengatakan dunia anak adalah dunia bermain yang dekat sekali dengan tokoh-tokoh non-fiksi. Seperti Anna, Elsa, Mickey Mouse, Hello Kitty, Sofia dan lainnya.
 
Terutama untuk anak usia dua sampai empat tahun yang memasuki fase simbolik. Pada tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan berfantasi dan bermain pura-pura. "Dan tokoh kartun adalah tokoh simbolik yang mudah untuk dipahami anak," .

Ohh, jadi cuma pura-pura ya. Syukurlah, setidaknya setelah nanti dia benar-benar mendapatkan kostum Elsa, dia tidak akan berpikir, bahwa dia bisa membekukan rumah kami, ha..ha..ha.

Tapi, ada hal serius yang membuatku cemas. Sejujurnya, dengan kecintaan putriku pada tokoh-tokoh kartun seperti Masha, Elsa dan Anna, menjadi alarm bagiku, bahwa aku lalai mengenalkan dia pada tokoh-tokoh sejati, yang seharusnya menjadi panutan. Aku baru menyadari, bahwa putriku lebih sering menonton film kartun Masha dan VCD Frozen, dibandingkan mendengar kisah Aisyah ra. Bahwa putriku lebih terpukau pada kemampuan Elsa menyihir daripada kehebatan Siti Khadijah selama mendampingi Rasulullah. Bahkan putriku lebih takjub pada kenakalan-kenakalan cerdas yang dibuat Masya, daripada kecerdasan Fatimah, putri Rasulullah. ASTAGFIRULLAH!!!

Seharusnya, aku lebih mengenalkan dia pada tokoh-tokoh sejati itu. Membuatnya bangga, menjadi seorang putri muslimah. Tapi, kesibukannku mengurus rumah, memasak, mencuci, menyetrika dan macam-macam tetek bengek urusan rumah tangga, telah melalaikanku dari tugas utamaku, mendidik buah hatiku. Bahkan aku malah membiarkannya terseret lebih jauh, dengan membelikan segala pernak-pernik tokoh fiktif, yang jelas-jelas hanya khayalan.

Terlepas dari efek positif yang seharusnya bisa didapatkan, dari kecintaannya terhadap para tokoh kartun. Seperti sikap pantang menyerah Anna, kelembutan hati Elsa atau kecerdikan Masha. Aku tetap merasa bersalah telah membiarkan putriku melupakan tokoh panutan yang sesungguhnya.

Lalu apakah aku akan tenggelam dalam rasa bersalah, dan pasrah putriku membentuk kepribadiannya, berdasarkan tokoh rekaan manusia? Tentu tidak. Aku harus bergegas. Kesalahan ini harus segera kuperbaiki. Aku harus segera menata waktu, meng-agendakan waktu bercerita untuknya, mengenalkannya pada Sumaiyah , Al-Khansa , Nusaibah, Ummu Kultsum, Asma binti Abu Bakar, Atikah binti Zaid, Hindun binti Utbah ,  dan tentu saja Rasulullah Muhammad SAW. Akan kupenuhi lemari VCD dengan kisah-kisah para pejuang Islam, buku-buku tentang para sahabat rasul, akan kugiring tiap langkah kakinya untuk menjadi muslimah sejati. Karena aku yakin, Allah SWT menitipkan seorang putri cantik kepadaku, agar kelak ia menjadi mutiara di hati para muslimah. Insya Allah, Amin!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar