Dede kangen ayah sekali !!!


  Tadi malam ada kejadian lucu bin haru. Seperti biasa, selepas waktu Isya aku menelpon suami. Biasanya jam segitu dia sudah agak santai. Jadi enak ngobrolnya. Dan seperti biasa pula, putri bungsu kami, Karlinda, ikutan pingin ngomong sama ayahnya.

"Dede mau ngomong sama ayah", katanya. Bola matanya langsung membulat dan bersinar. Selalu seperti itu kalau ia merasa "excited".


"Emang dede mau ngomong apa sih, paling-paling minta dibeliin baju frozen, kan", jawabku menggodanya. 

"Enggak", dia menjawab dan mulai merenggut, ngambek.

"Ihh, nggak mau ah kalo jelek begitu, ngomongnya yang baik, dong", bujukku. Bukan apa-apa, kalau dia ngambek, asli nyebelin. Mukanya ditekuk, jalannya bungkuk, terus nangis ditahan. Lucu sih, tapi tetap aja nyebelin.

"Bundaaaaaa, dede mau ngomong sama ayah, dong!", ujarnya dengan senyum lebar yang dipaksakan. Aku tertawa dalam hati. 

"Iya sayang, nih", aku memberikan HP ku padanya.

Dia langsung menerima gembira. "Ayah...", teriaknya senang.

"Assalamualaikum, dede cantik", jawab suamiku. Aku memang sengaja menggunakan mode speaker, supaya anakku tidak perlu menempelkan HP ke telinganya. Pencegahan aja, katanya gelombang elektromagnetik HP, bisa merusak otak. Katanya loh!


Setelah mendengar suara ayahnya, eh..Karlinda malah nangis sesengukan, "Ayah,.. kapan ke sini... dede kangen ayah,... dede kangen ayah seeeeekali".

DEG!!!! Aku kaget banget dengar pernyataannya. Kok bisa, anak 3 tahun, mengekspresikan perasaannya secara verbal, dengan ekspresif pula (nangis-nangis ditahan gitu).

Subhanallah! aku langsung kepikir, apa mungkin putriku ini memiliki kecerdasan linguistik di atas rata-rata ?

Jadi  penasaran deh, kalo emang bener, gimana ya, supaya aku bisa mengembangkan potensinya ini agar optimal ?

Dan, lagi-lagi, internet jadi andalanku untuk mencari tahu,  inilah hasilnya.

Menurut Dr. Howard Gardner, Profesor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika Serikat mengemukakan, definisi kecerdasan yang berbeda untuk mengukur potensi manusia secara lebih luas, baik pada anak maupun orang dewasa. Ia membagi 8 jenis kecerdasan, dan dikenal sebagai Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Dan kita semua punya 8 area kecerdasan itu dalam taraf berbeda. 

Dan, menurut Dr. Halit Hulusi, Senior Educational Psychologist di Birmingham Educational Psychology Service, Inggris, dengan delapan area kecerdasan ini, berarti beragam cara dapat dilakukan orangtua untuk mengembangkan kecerdasan anak-anaknya. Namun, tentu saja tidak setiap anak bisa menjadi brilyan di semua bidang, tetapi Anda dapat membantunya mengoptimalkan semua potensi di setiap area kecerdasannya.

1. Kecerdasan Linguistik (Word Smart). 
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan berbahasa. Seorang anak dengan kecerdasan linguistik menonjol umumnya senang mendengarkan cerita, senang bercerita, senang bermain peran, dan permainan yang berhubungan dengan kata-kata.

Stimulasi: Ajak anak main tebak-tebakan, misalnya tentang ciri-ciri binatang. “Ada binatang, suaranya guk guk, warna bulunya putih. Kamusayang sekali padanya. Binatang apa itu, ya?”
Anak bisa menjadi penulis, wartawan, pengacara, penyiar radio, pembawa acara atau ahli di bidang pemasaran.
Coba! Duduk berhadapan dengan anak, lalu berceritalah tentang apa yang telah dilakukannya hari ini bergantian dengan Anda.


2. Kecerdasan Logika-Matematika (Number Smart).
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan menganalisis masalah secara logis, menemukan atau menciptakan rumus-rumus atau pola matematika, dan menyelidiki sesuatu secara ilmiah. Anak-anak dengan kecerdasan logika-matematika yang tinggi memperlihatkan minat besar pada kegiatan eksplorasi, cerewet bertanya tentang berbagai fenomena, dan menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaannya.

Stimulasi: Mulailah berhitung. Manfaatkan jari tangan, orang yang sedang berbaris, atau apa saja. Arahkan perhatian anak pada angka dan pola yang ada di sekitarnya. Gunakan manik-manik berwarna untuk membuat pola sederhana yang dapat ditiru anak. Misalnya, susun biru-merah-kuning-hijau, lalu biarkan anak melanjutkan dengan pola yang sama.
Anak bisa menjadi ilmuwan, dokter atau ekonom.
Coba! Buat semacam gerai toko dengan memanfaatkan barang-barang di rumah, termasuk mainannya. Ajak anak bermain peran sebagai pedagang dan pembeli. 

3. Kecerdasan Visual-Spasial (Picture Smart).
Kecerdasan yang melibatkan kepekaan mengobservasi dan kemampuan berpikir dalam gambar. Kecerdasan ini memungkinkan anak membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Biasanya, anak menyukai kegiatan bermain puzzle, menggambar, bermain balok, mencari jalan paling tepat, serta menghabiskan waktu luang untuk melamun. 

Stimulasi: Biarkan anak bereksplorasi saat ia menggambar. Gunakan kapur, plastisin, cat air atau krayon dengan berbagai alat bantu seperti sikat, gunting, tangan dan kaki, bahkan sayuran untuk menggambar atau mencetak gambar. Ajak anak berdiskusi tentang hasil karyanya, termasuk tekstur, warna dan ukurannya.
Anak bisa menjadi arsitek, seniman, ahli mesin, animator, desain komputer grafis, atau fotografer.
Coba! Ajak anak memilih sebuah gambar, misalnya dari majalah lama, Gunting secara acak, lalu minta dia menyusunnya sehingga menjadi gambar yang utuh kembali. 

4. Kecerdasan Musikal (Music Smart).
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan berpikir atau mencerna musik, menggunakan musik sebagai sarana berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak yang memiliki kecerdasan ini sensitif terhadap suara, struktur musik dan ritme. Ia kemungkinan bagus saat menyanyi atau memainkan instrumen musik.

Stimulasi: Bangkitkan minat anak untuk mengenali dan merespon aneka suara yang dia dengar sehari-hari, misalnya suara bel pintu atau suara telepon. Anda juga bisa memperdengarkan suatu irama tepuk tangan, lalu lihat apakah anak dapat mengulang irama tepukan Anda tadi? Atau, dia berminat membuat irama tepuk tangan untuk Anda tiru.
Anak bisa menjadi komposer, penata musik, musisi, atau guru musik. 
Coba! Buat alat musik sederhana dengan benda-benda yang ada di rumah. Misalnya ember plastik dan sendok kayu sebagai drum dan alat pemukulnya. Kurang menantang? Buat seperangkat alat musik dan mainkan bagai sebuah orkes simfoni.

5. Kecerdasan Gerak Tubuh (Body Smart).
Disebut juga kecerdasan kinestetik, melibatkan kemampuan mengontrol gerakan, keseimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak. Anak-anak dengan kecerdasan gerak tubuh di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh sesuatu dengan tangkas dan cepat. Keterampilan motorik halus dan kasarnya baik. Bisa dibilang, anak mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

Stimulasi: Sikap menghargai dan memanfaatkan tubuh yang baik, terbentuk melalui pengalaman yang diperoleh sejak dini. Beri anak kesempatan untuk mengembangkan kepercayaan terhadap kemampuan tubuhnya dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang aman untuk berksplorasi, baik dengan berjalan, berlari, berayun, memanjat, melompat, merangkak, maupun berenang.
Anak bisa menjadi penari, atlet, koreografer, aktor/aktris, guru olahraga, pelatih drama, mekanik, atau ahli bedah.
Coba! Perdengarkan musik favorit anak, lalu menarilah bersamanya sambil bertepuk tangan, mengangkat atau menghentakkan kaki dan berputar. 

6. Kecerdasan Interpersonal (People Smart)
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, serta melihat perbedaan orang lain dari segi suasana hati, temperamen dan motivasi. Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol, cenderung lebih baik dan mudah menjalin interaksi sosial, serta sangat sensitif terhadap perasaan orang lain. Selain itu, dia juga berpeluang menjadi pemimpin di kelompoknya.

Stimulasi: Bantu anak mengembangkan jenis kecerdasan ini, misalnya dengan berbicara tentang perasaan Anda atau orang lain. Katakan padanya, “Nenek sedang sedih, Nak. Jadi, jangan dulu mengajaknya bermain boneka ya.” 
Anak bisa menjadi pengajar, pekerja sosial, konselor, politisi, atau mediator
Coba! Bacakan buku cerita favorit anak. Tanyakan padanya apa yang dirasakan oleh karakter dalam cerita dan mengapa si tokoh merasa demikian. 

7. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)
Kecerdasan yang melibatkan kemampuan memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana reaksi diri terhadap suatu situasi, dan memahami situasi seperti apa yang sebaiknya dihindari. Beberapa ciri anak dengan kecerdasan intrapersonal di atas rata-rata adalah tahu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial, dan tahu siapa orang yang tepat untuk dimintai bantuan.

Stimulasi: Anak Anda butuh bantuan untuk memahami apa yang dia rasakan. Coba kaitkan tingkah lakunya yang tampak oleh Anda dengan kejadian yang mungkin menjadi pemicunya. Misalnya, “Kamu hentak-hentakkan kakimu karena kamu marah, ya. Apakah ini karena Toni mengambil mobil-mobilanmu?”
Anak bisa menjadi wiraswasta atau filsuf.
Coba! Gambar sesuatu yang bisa mewakili apa yang Anda rasakan. Minta pula si kecil melakukan hal yang sama. Bandingkan dan bahas gambar-gambar tersebut. 

8. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan merasakan bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam. Anak-anak dengan kecerdasan naturalis yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap lingkungan alam sekitarnya, termasuk binatang. Mereka tidak takut atau jijik untuk memegangnya, sejak usia dini.

Stimulasi: Perlihatkan pada anak proses tumbuh kembang makhluk hidup, misalnya kacang hijau menjadi tauge, atau ulat menjadi kupu-kupu. Lebih baik lagi bila Anda bisa memberinya suatu lahan atau pot agar si kecil bisa menanam dan memelihara sendiri satu tanaman dari benihnya, serta tahu apa yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. 
Anak bisa menjadi ilmuwan atau ahli konservasi alam.
Coba! Ajak balita berjalan-jalan di taman kota, kebun raya, pantai atau tempat lain yang memiliki aneka ragam makhluk hidup. Beritahu nama-namanya dan ajak anak mengenalinya lebih jauh.

Nah, mengacu pada keterangan singkat di atas, aku jadi terpicu untuk mengoptimalisasi kecerdasan anak-anakku. Tentunya aku harus mencari tahu lebih banyak lagi, stimulasi apa yang bisa aku lakukan, untuk mendukung perkembangan kecerdasan mereka. Insya Allah, aku nantinya juga akan berbagi semua info yang aku dapat. Ditunggu ya!

sumberhttp://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Psikologi/Balita/menstimulasi.8.jenis.kecerdasan.anak/001/007/840/ 73/3
http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Terbaru/Terbaru/menstimulasi.berbagai.macam.kecerdasan/001/007/835 /3


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


TOKOH IDOLA - MEMBANGUN ATAU MERUSAK ?




Sudah sebulan ini putri semata wayangku tergila-gila pada tokoh kartun Elsa dan Anna, tokoh utama di film Frozen.

Aku sendiri heran, kok bisa-bisanya dia begitu kepincut dengan tokoh-tokoh ini. Padahal, kalau VCD Frozen diputar, dia nonton sih nonton. Tapi kayaknya nggak ngerti deh, ceritanya apa. 

Saking sukanya dia dengan tokoh Elsa dan Anna, dia merengek minta dibelikan semua hal yang berbau Frozen. Mulai dari boneka, baju tidur, tas, gelas sampai kostum Elsa. WOW, ini mulai bikin pusing. Jatah belanja bulananku mulai terganggu.

Aku berusaha menjelaskan, bahwa tidak semua barang-barang itu bisa langsung dibeli sekaligus. Harus menabung dulu, karena uang yang ada sekarang, belum cukup. Aku jelaskan juga bahwa harga barang-barang itu mahal. Eh, dia malah dengan santai, bilang ke ayahnya (by phone) "Ayah aja yang beliin ya, kan uang ayah banyak!", WHATTTT????????????

Wah, gawat ini. Sudah menjurus pada shop alcoholic, dan pengidolaan yang membabi buta.

Aku tanya pada putriku, "Kenapa sih dede pingin punya baju Elsa?"

Dia jawab,"Biar dede cantik"

"Loh, dede kan memang udah cantik, nggak perlu pake baju Elsa lagi"

"Iya, tapi dede kan pingin pake baju yang kayak Elsa, yang panjang, biar tambah cantik"

"Memang dede lihat di mana baju Elsa", tanyaku penasaran. 

(Aku pikir dia menghayalkan tokoh Elsa di film, dan terinspirasi untuk memakai baju seperti Elsa. Kalau benar begitu, aku bisa bilang, "Itu kan cuma di film de, nggak ada yang jual baju seperti itu, he..he.. licik ya!)

"Itu loh, yang kayak Mikaila, yang panjanggggg, nggak pake kerudung, pakenya tiara"

GUBRAKKK!!! Jadi, anak umur 3 ta'on, udah ngerti tren fashion ? Lihat temennya pake, pingin ikutan juga pake. Apa anak perempuan begitu ya? Seingatku, anak-anakku yang laki-laki, nggak peduli temennya pake apa, tuh. Kalau milih baju, sepatu atau apapun, buat mereka yang penting nyaman, modelnya mereka suka. Cukup. Mereka nggak peduli, apakah pilihan mereka lagi ngetrend atau enggak. Apakah teman-temannya pada pake atau enggak.

Balik lagi ke masalah pengidolaan. Ternyata menurut psikolog anak, Ine Indriani, MPsi mengatakan dunia anak adalah dunia bermain yang dekat sekali dengan tokoh-tokoh non-fiksi. Seperti Anna, Elsa, Mickey Mouse, Hello Kitty, Sofia dan lainnya.
 
Terutama untuk anak usia dua sampai empat tahun yang memasuki fase simbolik. Pada tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan berfantasi dan bermain pura-pura. "Dan tokoh kartun adalah tokoh simbolik yang mudah untuk dipahami anak," .

Ohh, jadi cuma pura-pura ya. Syukurlah, setidaknya setelah nanti dia benar-benar mendapatkan kostum Elsa, dia tidak akan berpikir, bahwa dia bisa membekukan rumah kami, ha..ha..ha.

Tapi, ada hal serius yang membuatku cemas. Sejujurnya, dengan kecintaan putriku pada tokoh-tokoh kartun seperti Masha, Elsa dan Anna, menjadi alarm bagiku, bahwa aku lalai mengenalkan dia pada tokoh-tokoh sejati, yang seharusnya menjadi panutan. Aku baru menyadari, bahwa putriku lebih sering menonton film kartun Masha dan VCD Frozen, dibandingkan mendengar kisah Aisyah ra. Bahwa putriku lebih terpukau pada kemampuan Elsa menyihir daripada kehebatan Siti Khadijah selama mendampingi Rasulullah. Bahkan putriku lebih takjub pada kenakalan-kenakalan cerdas yang dibuat Masya, daripada kecerdasan Fatimah, putri Rasulullah. ASTAGFIRULLAH!!!

Seharusnya, aku lebih mengenalkan dia pada tokoh-tokoh sejati itu. Membuatnya bangga, menjadi seorang putri muslimah. Tapi, kesibukannku mengurus rumah, memasak, mencuci, menyetrika dan macam-macam tetek bengek urusan rumah tangga, telah melalaikanku dari tugas utamaku, mendidik buah hatiku. Bahkan aku malah membiarkannya terseret lebih jauh, dengan membelikan segala pernak-pernik tokoh fiktif, yang jelas-jelas hanya khayalan.

Terlepas dari efek positif yang seharusnya bisa didapatkan, dari kecintaannya terhadap para tokoh kartun. Seperti sikap pantang menyerah Anna, kelembutan hati Elsa atau kecerdikan Masha. Aku tetap merasa bersalah telah membiarkan putriku melupakan tokoh panutan yang sesungguhnya.

Lalu apakah aku akan tenggelam dalam rasa bersalah, dan pasrah putriku membentuk kepribadiannya, berdasarkan tokoh rekaan manusia? Tentu tidak. Aku harus bergegas. Kesalahan ini harus segera kuperbaiki. Aku harus segera menata waktu, meng-agendakan waktu bercerita untuknya, mengenalkannya pada Sumaiyah , Al-Khansa , Nusaibah, Ummu Kultsum, Asma binti Abu Bakar, Atikah binti Zaid, Hindun binti Utbah ,  dan tentu saja Rasulullah Muhammad SAW. Akan kupenuhi lemari VCD dengan kisah-kisah para pejuang Islam, buku-buku tentang para sahabat rasul, akan kugiring tiap langkah kakinya untuk menjadi muslimah sejati. Karena aku yakin, Allah SWT menitipkan seorang putri cantik kepadaku, agar kelak ia menjadi mutiara di hati para muslimah. Insya Allah, Amin!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Berburu Sekolah Impian - (Playgroup-TK BIAS)






Assalamualaikum wr wb,

Langsung aja ya!

Tadi sore aku survei TK untuk "my only daughter". Tadinya sich, nggak ada niat nyekolahin "dede". Secara, umurnya baru aja 3 ta'on. Cuma, karena harus ke Paragon, jadi mikir-mikir, rugi banget kalo cuma ke satu tempat, terus pulang. Jadilah bikin janji ketemuan sama guru di TK BIAS, di jalan Erlangga. TK ini lumayan terkenal loh, di Semarang. Stigma yang ada saat mendengar nama sekolah ini, sekolah elite untuk kaum berduit! Jadi penasaran, pingin buktiin sendiri.

Singkat cerita, begitu sampai di gang sekolah, ternyata portal ditutup. Supir taksinya sich, berbaik hati, menawarkan putar jalan, supaya aku bisa tiba pas di pintu gerbang sekolahnya. Tapi aku putuskan turun aja di depan gang, terus jalan kaki. Toh, deket, nggak ada 10 meter juga. 

Begitu sampai di pintu gerbang, eit.. udah digembok dari luar. Gimana sih? padahal tadi aku kan udah nelpon, ngasih tahu lagi meluncur ke lokasi. So, aku telpon. Eh, ternyata aku yang salah tempat. Gurunya nunggunya di playgroup, yang letaknya kurang lebih 100 meter dari TK-nya(yang digembok itu). Jadilah kami (aku, Rafif-putra ku yang baru TK B dan Rahmah-yang mau didaftarin sekolah) jalan kaki lagi. Lumayan pegel, karena aku pake high heel. Untung mendung, alhamdulilah!

Nah, begitu sampai di depan gerbang playgroup, kami disambut ustajah (lupa nanya namanya). Ternyata sekolahnya tidak terlalu luas, tidak seperti bayanganku. Bentuknya lebih mirip rumah. Tiga kamar di dalam digunakan sebagai kelas dan ruang tidur siang. Satu kamar mandi besar, lengkap dengan shower dan toilet. Teras belakang untuk ruang makan, dapur dan ada kolam ikan. Garasinya dipakai untuk arena bermain indoor. Tapi permainan outdoornya juga tidak terlalu banyak. Dasar anak-anak, begitu lihat mainan, Rafif dan Rahmah langsung aja heboh. Untungnya bu ustajahnya paham aja sama kelakuan bocah-bocah lincah itu. Jadi selama aku ngobrol, mereka asyik aja bermain.

Sebetulnya aku sudah tahu sedikit dari temanku, yang pernah nyekolahin anaknya di situ. Walaupun akhirnya anak temanku itu mogok sekolah dan minta pindah. Mungkin bosan kali ya. Seperti aku bilang tadi, sekolahnya tidak terlalu luas.

Maka ustajah pun menerangkan visi misi dan kurikulum secara ringkas. Intinya mereka berusaha menerapkan pola didik, yang nantinya akan membentuk karakter anak menjadi mandiri, disiplin dan bertanggungjawab. Di samping penanaman akidah dan ahlak islami, yang menjadi dasar pendidikan di sini. Tanpa membebani si anak. Jadi anak tidak merasa sedang diajari. Di sini tidak ada punishment (untuk play group). Tapi memberikan reward, bila anak melakukan hal yang baik. 

Untuk hapalan juz'amma, yang menjadi andalan mereka, ternyata tidak ditargetkan lulus hapal semua juz 30. Tapi, disesuaikan dengan kemampuan si anak. Ustajah juga tidak jumawa dengan hasil didik mereka. Dengan rendah hati, tanpa mengecilkan sistem didik mereka, ustajah menekankan pentingnya kenyamanan anak didik saat belajar. Karena playgroup dan TK adalah jenjang awal pendidikan formal, mereka ingin anak merasakan bahwa belajar itu menyenangkan. Untuk hal ini, aku setuju banget!

Yang terakhir kami perbincangkan, tentunya masalah biaya. He..he.. ini jadi salah satu poin penting. Ini rinciannya :

Untuk Playgroup :

Pendaftaran : 250.000
Orientasi (Layanan kbm orientasi,snack dan makan siang): 300.000 (TK, cuma 100.000)

Infak awal : 6.000.000
Jariyah tanah : 1.000.000
(Ini cuma dibayarkan sekali selama sekolah, dan boleh dicicil 3X)

Perlengkapan sekolah : perpustakaan                               : 250.000
administrasi                                                                            : 80.000
tas renang                                                                               : 90.000
VCD juz'amma                                                                       : 15.000
Bantal                                                                                      : 90.000 
(buat bobo siang, karena play group  sekolah dari jam 08.00 - 15.00)
Buku gambar,trigrip                                                               : 70.000
seragam 2 stel                                                                        : 315.000 (putera : 220.000)

Santunan kecelakaan siswa                                                 : 30.000 ( per tahun)

Praktek kunjungan lapangan & renang    :    ditentukan kemudian sesuai program sekolah

Acara family day                                                                      : 400.000 (per semester)

Infak bulanan                                                                            : 500.000
Makan siang                                                                             : 300.000
Peraga penunjang KBM                                                          : 120.000
Kesehatan dan sanitasi                                                          : 80.000

Jadi total semuanya yang harus dibayar di awal kurang lebih 9.500.000.

Untuk TK, hampir sama, ditambah biaya kursi, busa tidur dan PKL, total di awal kurang lebih 11 juta-an.

Biaya di atas belum termasuk biaya menyediakan snack (bergiliran setiap hari).

Sebetulnya, termasuk wajar ya, karena yang cukup besar itu, cuma infak awal saja, walaupun bisa dicicil.

Tapi setelah ku hitung-hitung :

Untuk kasus anakku yang umurnya tanggung, saat awal semester baru 3,8 tahun. Masih kurang 4 bulan lagi untuk masuk TK. Jadi solusinya, 1 semester di PG, satu semester di TK A. Maka biaya yang aku keluarkan ;

Total seluruh biaya masuk TK : 11.000.000
Tambah paket play group      :    900.000
Biaya rutin per bulan selama 24 bulan : 24.000.000
Biaya lain2 (BBM, iuran snack, iuran lain2) : 12.000.000

Aku harus punya dana kira-kira : 56 juta, kita bulatkan saja 60 juta untuk 2 tahun. 

Hmmm, kira2 sebanding nggak ya, dengan apa yang akan di dapat anakku?

Dan apa bijaksana ya, menyekolahkan dia, di sekolah yang jaraknya lumayan bikin capek. Karena aku tinggal di Gunung Pati, sekolahnya di Simpang Lima. Jauh , dan yang pasti macet!

Jujur aja, aku malah gamang. Walaupun secara kurikulum dan pola didik mereka sejalan dengan yang aku inginkan. Tapi aku masih menyimpan impian, sekolah TK dengan halaman luas, dengan mainan outdoor dan indoor yang berlimpah, dengan guru-guru yang super sabar, dengan cara belajar yang menyenangkan, dengan staf-staf yang santun dan ramah, dengan ruang kelas yang memadai (tidak sempit dan sirkulasi udara lancar), dengan pondasi ke-ISLAM-an yang kokoh. Wow, banyak maunya ya!

Nggak apa-apa dong, namanya juga usaha!

So, kesimpulannya, aku kayaknya masih harus berburu sekolah impian yang tepat untuk puteri semata wayangku. Karena sekolah itu bukan hanya harus nyaman, aman, terjangkau, tapi yang terpenting, mampu membentuk pola awal yang tepat. Karena TK adalah batu pijakan pertama bagi anak-anak. Dan sangat tidak adil kalau kita menghancurkannya, hanya karena ego untuk memenuhi target, atau malah karena pamer status sekolah elite. Setuju, kan!



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Welcome 2015 !!!

Menjelang tahun baru, biasanya orang mencanangkan macam-macam resolusi. Ada yang berjanji untuk belajar lebih giat, menabung lebih banyak, bangun lebih pagi. Intinya bertekad untuk menjadi lebih baik. 

Tapi akhir tahun ini buatku terasa hilang. Beberapa kebiasaan seperti sengaja kami lewatkan. Aku sendiri menjadi tidak lagi peduli, apakah tanggal 30 Desember adalah momen bersejarah atau tidak.

Nyaris 20 tahun menjalani perkawinan. Aku belajar untuk tidak peduli pada tradisi. Tapi ada satu hal yang sepertinya menjadi kebalikan. Dulu, semasa awal perkawinan, akulah yang hampir tidak bisa jujur, pada perkawinanku. Aku seringkali mengatakan hal-hal yang justru sebaliknyalah yang ku inginkan. Tidak demikian dengan suamiku. Dia akan mengatakan apapun persis seperti apa yang ia harapkan.

Tapi sekarang, justru akulah yang jujur, bahkan blak-blak an tentang apapun. Dan suamiku, aku yakin, seringkali mengatakan hal-hal yang sebetulnya bukan yang ia inginkan. Atau memang itu keinginan terpendamnya ? Apakah perkawinan telah merubah seseorang ? Apakah demi tujuan perkawinan seseorang harus menjadi orang lain ? Apa memang salah satu pihak harus berkorban atau malah dikorbankan ? Bagaimana kalau ternyata perkawinan malah menghancurkan pribadi, mimpi dan ambisi seseorang ? Bukankah seharusnya cinta semakin tumbuh seiring waktu ? Apakah perasaan yang redup menandakan bahwa cinta telah mati? Apakah cinta hanya meletup saat ada nafsu ? Jika begitu, bukankah perkawinan hanya menjadi sarana melegalkan sex ? Dan seharusnya kehadiran buah hati adalah berkah terindah, bukan beban ekonomi ? 

Sepertinya tahun ini akan jadi tahun pertanyaan bagiku. Mencari keselarasan yang sesungguhnya, atau membiarkan keselarasan semu. Atau aku harus pura-pura tidak peduli. Dan berlindung di balik dogma agama, tentang arti dan hakekat sebuah perkawinan. Sambil terus belajar untuk mengubur mimpi tentang romantisme cinta dalam perkawinan. Mimpi tentang sebuah keluarga bahagia yang sesungguhnya. 

Dan aku tertantang untuk menemukan semua jawaban itu, TAHUN INI !!!! 






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS